Minggu, 08 Juni 2008

sejarah benteng kuto besak

Kuta Besak adalah keraton pusat Kesultanan Palembang Darussalam, sebagai pusat kekuasaan tradisional yang mengalami proses perubahan dari zaman madya menuju zaman baru di abad ke-19. Pengertian KUTO di sini berasal dari kata Sanskerta, yang berarti: Kota, puri, benteng, kubu (lihat ‘Kamus Jawa Kuno – Indonesia’, L Mardiwarsito, Nusa Indah Flores, 1986). Bahasa Melayu (Palembang) tampaknya lebih menekankan pada arti puri, benteng, kubu bahkan arti kuto lebih diartikan pada pengertian pagar tinggi yang berbentuk dinding. Sedangkan pengertian kota lebih diterjemahkan kepada negeri.Benteng ini didirikan pada tahun 1780 oleh Sultan Muhammad Bahauddin (ayah Sultan Mahmud Badaruddin II). Gagasan benteng ini datangnya dari Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-175 atau dikenal dengan Jayo Wikramo, yang mendirikan Keraton Kuta Lama tahun 1737. Proses pembangunan benteng ini didukung sepenuhnya oleh seluruh rakyat di Sumatera Selatan. Mereka pun menyumbang bahan-bahan bangunan maupun tenaga pelaksananya.
Siapa arsiteknya, tidak diketahui dengan pasti. Ada pendapat yang mengatakan bahwa arsiteknya adalah orang Eropa. Untuk pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan kepada seorang Cina, yang memang ahli di bidangnya.
Sebagai bahan semen untuk perekat bata ini dipergunakan batu kapur yang ada di daerah pedalaman Sungai Ogan. Tempat penimbunan bahan kapur tersebut terletak di daerah belakang Tanah Kraton yang sekarang disebut Kampung Kapuran, dan anak sungai yang digunakan sebagai sarana angkutan ialah Sungai Kapuran.
Pada tahun 1797, pembangunan benteng ini selesai, dan mulai ditempati secara resmi oleh Sultan Muhammad Bahauddin pada hari Senin, 23 Sya’ban 1211 Hijriah di pagi hari atau bersamaan dengan 21 Februari 1797 Masehi. Sedangkan putranya yang tertua, yang menjadi Pangeran Ratu (putra mahkota) menempati Keraton Kuta Lama.
Pada Perang Palembang 1819 yang pertama, benteng ini dicoba oleh peluru-peluru meriam korvet Belanda, tetapi tak satu pun peluru yang dapat menembus, baik dinding maupun pintunya. Akibat kehabisan peluru dan mesiu, maka armada Belanda tersebut melarikan diri ke Batavia. Dari sinilah lahir ungkapan, yang menyatakan pekerjaan yang sia-sia, karena tak mendatangkan hasil: Pelabur habis, Palembang tak alah, artinya perbuatan atau usaha yang tak rnemberikan hasil, hanya mendatangkan rugi dan lelah sernata. Peristiwa ini ditulis dengan penuh pesona dalam Syair Perang Menteng atau disebut pula Syair Perang Palembang.
Selain keindahan dan kekokohannya, Kuto Besak memang terletak di tempat strategis, yaitu di atas lahan bagaikan terapung di atas air. Dia terletak di atas “pulau”, yaitu kawasan yang dikelilingi oleh Sungai Musi (di bagian muka atau selatan), di bagian barat dibatasi oleh Sungai Sekanak, di bagian timur berbatas Sungai Tengkuruk dan di belakangnya atau bagian utara dibatasi oleh Sungai Kapuran. Kawasan ini disebut Tanah Kraton.
Gambar Sketsa Keraton Palembang oleh J. Jeakes
Bentuk dan keadaan tanah di kota Palembang seolah-olah berpulau-pulau, dan oleh orang-orang Belanda memberinya gelar sebagai de Stad der Twintig Eilanden (Kota Dua Puluh Pulau). Selanjutnya menurut G. Bruining, pulau yang paling berharga (dier eilanden) adalah tempat Kuto Besak, Kuta Lama dan Masjid Agung berdiri.
Terbentuknya pulau-pulau di kota Palembang ialah karena banyaknya anak sungai yang melintas dan memotong kota ini. Sewajarnya pula kalau Palembang disebut Kota Seratus Sungai. Sedangkan di zaman awal kolonial, Palembang dijuluki oleh mereka sebagai het Indische Venetie. Julukan lainnya adalah de Stad des Vredes, yaitu tempat yang tenteram (maksudnya Dar’s Salam). Dan memang nama ini adalah nama resmi dari Kesultanan Palembang Darussalam.

Peta Benteng Kota Besak (tanda plus) dilihat dengan wikimapia
[Klik untuk memperbesar]
Struktur dan Teknis
Menurut I. J. Sevenhoven, regeering commisaris Belanda pertama di Palembang, Kuto Besak berukuran lebar 77 roede dan panjang 49 roede (Amsterdamsch roede = kurang lebih 3,75 m, atau panjangnya ialah 288,75 meter dan lebarnya 183,75 meter), dengan keliling tembok yang kuat dan tingginya 30 kaki serta lebarnya 6 atau 7 kaki. Tembok ini diperkuat dengan 4 bastion (baluarti). Di dalam masih ada tembok yang serupa dan hampir sama tingginya, dengan pintu-pintu gerbang yang kuat, sehingga ini dapat juga dipergunakan untuk pertahanan jika tembok pertama dapat didobrak (lihat LJ. Sevenhoven, Lukisan, halaman 14).
Pengukuran terbaru para konsutan sendiri mendapatkan ukuran yang sedikit berbeda, yaitu panjang 290 meter dan lebar 180 meter.
Pendapat de Sturler megenai kondisi benteng Kuto Besak:“… lebar 77 roede dan panjangnya 44 roede, dilengkapi dengan 3 baluarti separo dan sebuah baluarti penuh, yang melengkapi keempat sisi keliling tembok. Tembok tersebut tebalnya 5 kaki dan tinggi dari tanah 22 dan 24 kaki.Di bagian dalam di tengah kraton disebut Dalem, khusus untuk tempat kediaman raja, lebih tinggi beberapa kaki dari bangunan biasa. Seluruhnya dikelilingi oleh dinding yang tinggi sehingga membawa satu perlindungan bagi raja. Tak seorang pun boleh mendekati tempat tinggal raja ini kecuali para keluarganya atau orang yang diperintahkannya. Bangunan batu yang lain dalam kraton adalah tempat untuk menyimpan amunisi dan peluru”. (lihat W. L de Sturler - Proeve – halaman 186)


Gambar Denah Keraton Palembang tahun 1811 [klik gambar untuk memperbesar]
Pada saat peperangan melawan penjajah Belanda tahun 1819, terdapat sebanyak 129 pucuk meriam berada di atas tembok Kuto Besak. Sedangkan saat pada peperangan tahun 1821, hanya ada 75 pucuk meriam di atas dinding Kuto Besak dan 30 pucuk di sepanjang tembok sungai, yang siaga mengancam penyerang.*** [triyono-infokito]
Gambar Gerbang Depan Utama Benteng Kuto Besak
Lawang Buratan (gerbang sisi barat) Benteng Kuto Besak yang masih tersisa
Benteng Kuto Besak Menyambut

candi borobudur

candi borobudur

sejarah candi borobudur

Borobudur merupakan salah satu peninggalan sejarah terindah dan terbaik di dunia yang tercatat dalam Daftar Peninggalan Sejarah Dunia. Candi Borobudur adalah bangunan agama Budha terbesar di dunia dan telah diakui sebagai peninggalan sejarah terbesar yang pernah dibuat oleh manusia dan hingga kini selalu dikunjungi oleh jutaan turis domestik maupun mancanegara.
Borobudur mempunyai bentuk bangunan yang tiada ada duanya di dunia. Bentuk arsitektur tersebut terinspirasi dari filsafat micro cosmos yang akan menimbulkan berbagai pertanyaan seperti kapan, bagaimana caranya, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun dan oleh siapa. Jawaban pasti akan hal tersebut masih merupakan misteri hingga saat ini karena tidak adanya satu dokumen pun yang bisa ditemukan. Berdasarkan tulisan singkat yang ada pada prasasti yang ditemukan, maka banyak ahli menyatakan bahwa Borobudur dibangun pada sekitar abad ke 8 ketika Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra memerintah kerajaannya di Jawa Tengah.
Borobudur mempunyai arti yang samar-samar, tetapi sebenarnya kata tersebut merupakan sebuah gabungan kata “Bara “ dan “Budur”. Bara berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti komplek candi atau biara, sementara Budur mengingatkan akan kata dari Bahasa Bali yang berarti di atas. Dengan demikian, Borobudur berarti biara yang terletak di atas bukit.
Borobudur adalah bangunan yang penuh dengan ornamen yang mengandung fosofi dimana ornamen-ornamen tersebut mempunyai symbol kesatuan dalam perbedaan yang dapat diikuti oleh semua orang untuk mencapai tujuan hidup yang paling mulia. Relief-relief yang terpahat pada tembok-tembok candi menceritakan akan ajaran hidup manusia yang sangat indah. Dengan kata lain, Borobudur adalah jiwa dari seni, budaya dan filsafat.
Biro wisata ke Candi Borobudur: • Garuda-Wisata • Haruna • Rodetha
Hotel di sekitar Candi Borobudur: • Manohara

karikatur jembatan ampera

karikatur jembatan ampera

SEJARAH KOTA PALEMBANG

Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air

Berdasarkan Batu-bersurat (prasasti) Kedukan Bukit, hari jadi kota Palembang adalah tanggal 5 bulan Ashada tahun 605 Syaka, bertepatan dengan tanggal 17 Juni 683 Masehi. Batu-bersurat itu ditemukan oleh Controleur Batenberg di tepi sungai Kedukan Bukit, yakni diantara Bukit Seguntang dengan Situs Karanganyar pada tahun 1926.



Batu-bersurat (surat Pallawa, bahasa Melayu kuno) tersebut oleh penduduk kampung Kedukan Bukit waktu itu dijadikan semacam tumbal bila akan mengikuti lomba Bidar, yakni dengan cara meletakkan di haluan Bidar yang akan diperlombakan. Konon, Bidar atau Perahu yang digentoli dengan batu “sakti-bertuah” itu senantiasa menang berlomba. Kemudian Batu-bersurat Kedukan Bukit itu ditelaah oleh para pakar sejarah dan kebudayaan, diantaranya Prof. M. Yamin yang menyatakan, itulah proklamasi (penggalian/pemindahan) ibukota Sriwijaya (dari tempat lain) ke Bukit Seguntang.



Surat pada batu “sakti-bertuah” itu berbunyi sebagai berikut: Swasti Sri Sakawarsatita 605 ekadasisu (1) klapaksa wulan Waisakha Dapunta Hyang naik di (2) samwan mangalap siddhayatra (.) Di saptami suklapaksa (3) wulan jyestha Dapunta Hyang marlapas dari minanga (4) tamwan (air bertemuan = muara sungai) mamawa yang wala dua laksa dangan kosa (5) duwa retus cara di samwan dangan jalan sariwu (6) tlu ratus sapuluh dua wanyaknya datang di mukha …. (7) sukha citta (.) Di pancami suklapaksa wulan Asada ( laghu mudita datang marwuat wanua …. (9) Sri wijaya jaya siddhayatra subhiksa ni(t)y (alaka) 10



Palembang berfungsi sebagai pusat Sriwijaya dari abad ke-7 (tahun 683 Masehi) hingga abad ke-13 (ekspedisi Pamelayu 1275).Pada abad ke-17 kota Palembang menjadi ibukota Kesultanan Palembang Darussalam yang diproklamirkan oleh Pangeran Ratu Kimas Hindi Sri Susuhanan Abdurrahman Candiwalang Khalifatul Mukminin Sayidul Iman sebagai sultan pertama (1643-1651). Tanggal 7 Oktober 1823 Kesultanan Palembang dihapuskan.Kemudian kota Palembang dijadikan Gameente/haminte berdasarkan stbld. No. 126 tahun 1906 tanggal 1 April 1906.


Wanus (Negeri = Kota) pusat kedatuan Sriwijaya, berdasarkan Piagam Batubersurat di Kedukan Bukit (Prasasti Kedukan Bukit, 5 Asada 605 Syake = 17 Juni 683 M) Kadipaten (keadipatian di bawah Majapahit masa Adipati Aria Damar (Ariokillah) anak Prabu Brawijaya Kartabhumi,Batara/ Raja Majapahit terakhir. Ario Damar (Ariodillah) berkuasa di Palembang 1445-1485,digantikan oleh Bupati Karang Widara.Pusat Kerajaan di bawah pengaruh Demak, sejak Ki Gede Ing Suro Tuwo anak Priyayi Demak Pangeran Sido Ing Lautan (15401545) hingga Raja Palembang ke 9 Pangeran Sido Ing Rajek anak Pangeran Sido Ing Pesarean Sabokingking (16201629).Pusat Kesultanan Palembang Darussalam, sejak Raja Palembang ke 10, Kimas Hindi (Kimas Cinde) atau Sultan/Sunan bdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Iman memproklamirkan Palembang lepas dari Demak.Komisariat di bawah Pemerintahan Hindia Belanda sejak contract 18 Agustus 1823, Commisaris Sevenhoven pejabat Pemerintah Belanda pertama.



Gemeenta (”Haminte”) Palembang berdasarkan Stbl. No. 126 Tahun 1906 Tanggal 1 April 1906 hingga masuknya Jepang 16 Februari 1942.Palembang Syi yang dipimpin Syi-co (Walikota) 1942 hingga kemerdekaan RI.Kota Kelas A, berdasarkan keputusan Gubernur Kdh. Tk. I Sumatera Selatan No. 103 tahun 1945.Kota Besar, berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 948.Kotamadya, berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 1965.Kotamadya Daerah TingkatII Palembang,berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 Tanggal 23 Juli 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di daerah.


Fungsi kota Palembang memiliki Lima Dimensi, yakin :

Kota Palembang berfungsi sebagai kota Pusat Pemerintahan;

Kota Palembang berfungsi sebagai kota Pusat Perdagangan dan Pelayanan Jasa (Kota Dagang);

Kota Palembang berfungsi sebagai kota Pusat Perindustrian (Kota industri);

Kota Palembang berfungsi sebagai kota Pusat Pendidikan (Kota Pendidikan);

dan Kota Palembang berfungsi sebagai kota Pusat Pariwisata dan Kebudayaan (Kota Wisata dan Budaya).